ANALISIS WACANA DALAM PERCAKAPAN KELAS
DI KELAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA PPS UNJ
Oleh: Helty
Asafri
Perkembangan bahasa yang begitu cepat
memaksa kita untuk terus mengembangkan ketahuan tentang bahasa, kemajuan zaman
menuntun manusia pada tingkat bahasa yang lebih santun dan bermakna. Seluruh
unsur yang terdapat dalam kajian bahsa terus berkembang dan mengalami inovasi
yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Kegunaan utama bahasa sebagai alat
komunikasi menjadi tujuan dasar para ilmuan bahasa terus mendalami berbagai
gejala dan manfaat dari bahasa.
Mengkaji bahasa dan segala unsur yang terkandung didalamnya adalah sesuatu yang menarik untuk kita telusuri. Bahasa tidak hanya mencakup gramatikal, morphem, sintaksis atau pun phonologi saja, banyak kajian bahsa yang juga menarik untuk kita ketahui salah satunya adalah wacana. Ketika kita mendengar kata wacana yang terlintas adalah bagaimana bahsa diaplikasikan pada kehidupan sehari hari dengan penuh penafsiran yang menarik.
Mengkaji bahasa dan segala unsur yang terkandung didalamnya adalah sesuatu yang menarik untuk kita telusuri. Bahasa tidak hanya mencakup gramatikal, morphem, sintaksis atau pun phonologi saja, banyak kajian bahsa yang juga menarik untuk kita ketahui salah satunya adalah wacana. Ketika kita mendengar kata wacana yang terlintas adalah bagaimana bahsa diaplikasikan pada kehidupan sehari hari dengan penuh penafsiran yang menarik.
Sebelum
melangkah lebih jauh kita harus mengenal apa itu wacana, dalam kridalaksana
(2011) dipaparkan wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki
gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana
pragmatik ialah seluruh peristiwa bahasa yang membawa ujaran pembicara sampai
kependengar. Ada berbagai jenis wacana, yaitu: wacana langsung, wacana
pembeberan, wacana penuturan, dan wacana tak langsung. Bila kita mendengar kata
pragmatik sejenak kita akan mengingat tentang fungsinya sebagai penafsir wacana
oleh penutur. Dalam pengkajian pragmatik biasanya disertakan pula analisis
wacana, analisis wacana merupakan usahaha seseorang dalam membahas bagaimana
pemakai bahasa seperti mencerna apa yang ditulis, apa yang di ucapkan dalam
percakapan(Kridalaksana, 2011). Wacana adalah proses bagaimana seseorang
berbicara dan mengerti apa yang dibicarakan dan didengarnya mencakup semua
aspek kata yang di ucapkan demikian yang di paparkan oleh Lois dan Marianne
(2002), ditambahkan disini pengertian wacana yang termasuk kedalam tindak tutur
menurut Abdul chaer (2004) merupakan gejala individual , bersifat psikologis
dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur dalam
situasi tertentu. Jadi secara garis besar wacana merupakan proses dimana
seseorang menyampaikan ujaran untuk dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak
terlepas dari sistem dan kaidah bahasa yang berlaku, untuk mengkaji dan
memahami wacana maka digunakan analisis wacana atau discourse analisis.
Analisis
wacana termasuk kedalam disiplin ilmu, sejak dasawarsa 1960-an. Seirimg dengan berkembangnya ilmu etnografi
analisi wacana mulai ikut berkembang pesat, tidak lagi mencakup bentuk sapaan,
mitos, dan interaksi tapi mrncakup ke bentuk percakapan dan interaksi verbal
lainnya begitu yang diungkapkan Bambang (1995). Percakapan menjadi satu model
wacana yang paling dekat dengan keseharian kita sehingga lebih mudah kita
temui. Percakapan dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan yang melibatkan
dua orang atau lebih, percakapan juga bisa disebut sebagai proses komunikasi.
Proses komunikasi bisa terjadi dimana saja dengan wacana yang berbeda atau
sesuai dengan kondisi yang ada. Interaksi pedagogis adalah wacana yang dapat
kita temui di sekitar dunia pendidikan khususnya di ruang kelas yang merupakan
tempat paling sering terjadi percakapan atau
interaksi antara pengajar dan pembelajar. Dalam wacana pedagogis banyak
hal menarik yang dapat dikaji dalam
usaha memperbaiki kondisi dalam proses pembelajaran tersebut.
Percakapan
terjadi dalam interaksi antara pengajar dan pembelajar dapat diamati secara
kasat mata dan dikaji secara mendalam. Pada makalah ini akan di gambarkan bagaimana proses interaksi
atau percakapan tersebut terjadi dan mencoba memberikan pencerahan pada kedua
belah pihak agar proses interaksi dapat dilakukan sesuai porsinya. Biasanya
pengajar berusaha mengamati apakah pembelajar mengikuti apa yang
dikatakanya. Penelitian berikut
bertujuan mendeskripsikan interaksi yang terjadi berdasarkan langkah langkah
yang di lakukan dalam penelitian wacana oleh Stubbs (1984) yang terdiri dari:
·
Menarik perhatian pembelajar maksudnya,
pengajar selalu berusaha menarik perhatian pembelajar.
·
Memantau jumlah perkataan dimana pengajar
sering memantau apakah pembelajar berbicara atau tidak upaya memantau ini dapat
dilakukan dalam bentuk perintah atau permintaan.
·
Memeriksa pemahaman, pengajar kadang-kadang
memeriksa apakh dia dapat memahami para pembelajar.
·
Meringkas ialah dimana pengajar sering pula
mringkas sesuatu yang dikatakan atu meringkas situasi yang dicapai dalam
diskusi atau pelajaran.
·
Mendefinisikan adalah bagaimana si pengajar
dapat mendefenisikan atau memberi penjelasan teentang sesuatu yang telah
dikatakan.
·
Menyunting, pengajar juga terkadang memberi
komentar tentang apa yang dikatakan oleh pembelajar yang menunjukan penilaian
atau kritik.
·
Membenarkan, pengajar juga berusaha
membenarkan apa yang dikatakan atau ditulis oleh pembelajar.
·
Menspesifikasikan topik, bagaimana si
pengajar juga dapat memfokuskan pada sebuah topik pembahasan atau menentukan
batas-batas yang relevan.
METODE
Metode yang
digunakan adalah metode analisis wacana dengan menerapkan pembagian jenis
percakapan menurut Stuub (1984) dimana diambil kata-kata yang diucapkan
pengajar selama dua kali pertemuan di kelas pendidikan bahasa PPS UNJ pada mata
kuliah filsafat . Dimana pembelajaran yang dilakukan ialah sistem diskusi dan
tanya jawab, kegiatan ini secara keseluruha berpusat pada pengajar di tahap
penyimpulan.
HASIL PENELITIAN
Dari
identifikasi selama dua kali pertemuan, terlihat bahwa proses interaksi yang
terjadi sudah sesuai dengan wacana pedagogis. Terdapat 19 ungkapan yang dinilai
sesuai atau termasuk kedalam pembagian jenis yang digunakan Stubb. Kalimat
tersebut terdiri dari; 4kalimat termasuk
menarik perhatian, 2 kalimat sebagai maksud memantau jumlah, 3 kalimat
bertujuan memeriksa pemahaman, 2 kalimat bertujuan meringkas, 3 kalimat untuk
mendefinisikan, 2 kalimat menyunting, 1 kalimat bermaksud membenarkan, dan 2
kalimat menspesifikasikan. Maka dapat kita lihat bahwa secar keseluruhan ujaran
pengajar memiliki fungsi metakomunikatif yakni memantau saluran komunikasi,
menjelaskan dan merumuskan kembali bahasa yang digunakan. Disamping itu kita
juga dapat melihat bahwa ujaran yang di lakukan pengajar menunjukan ujaran pengajar
atau teacher talk. Ujaran semacam itu
tidak akan pernah digunakan oleh pembelajar kecuali terjadi pada situa si
pengajaran.
SIMPULAN
Pada
percakapan kelas ujaran antara pembelajar dan pengajar memiliki kekhasannya
masing-sing ujaran yang menggurui atau terposisikan pada si pengajar tidak akan
digunakan oleg pembelajar. Ucaran yang di ucapkan pengajar cenderung samar dari
makna atau maksud yang sebenarnya .