Jumat, 17 Februari 2012

Analisis Wacana Dalam Percakapan Kelas


ANALISIS WACANA DALAM PERCAKAPAN KELAS
DI KELAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA PPS UNJ

Oleh: Helty Asafri

Perkembangan bahasa yang begitu cepat memaksa kita untuk terus mengembangkan ketahuan tentang bahasa, kemajuan zaman menuntun manusia pada tingkat bahasa yang lebih santun dan bermakna. Seluruh unsur yang terdapat dalam kajian bahsa terus berkembang dan mengalami inovasi yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Kegunaan utama bahasa sebagai alat komunikasi menjadi tujuan dasar para ilmuan bahasa terus mendalami berbagai gejala dan manfaat dari bahasa.
Mengkaji bahasa dan segala unsur yang terkandung didalamnya adalah sesuatu yang menarik untuk kita telusuri. Bahasa tidak hanya mencakup gramatikal, morphem, sintaksis atau pun phonologi saja, banyak kajian bahsa yang juga menarik untuk kita ketahui salah satunya adalah wacana. Ketika kita mendengar kata wacana yang terlintas adalah bagaimana bahsa diaplikasikan pada kehidupan sehari hari dengan penuh penafsiran yang menarik.

Sebelum melangkah lebih jauh kita harus mengenal apa itu wacana, dalam kridalaksana (2011) dipaparkan wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana pragmatik ialah seluruh peristiwa bahasa yang membawa ujaran pembicara sampai kependengar. Ada berbagai jenis wacana, yaitu: wacana langsung, wacana pembeberan, wacana penuturan, dan wacana tak langsung. Bila kita mendengar kata pragmatik sejenak kita akan mengingat tentang fungsinya sebagai penafsir wacana oleh penutur. Dalam pengkajian pragmatik biasanya disertakan pula analisis wacana, analisis wacana merupakan usahaha seseorang dalam membahas bagaimana pemakai bahasa seperti mencerna apa yang ditulis, apa yang di ucapkan dalam percakapan(Kridalaksana, 2011). Wacana adalah proses bagaimana seseorang berbicara dan mengerti apa yang dibicarakan dan didengarnya mencakup semua aspek kata yang di ucapkan demikian yang di paparkan oleh Lois dan Marianne (2002), ditambahkan disini pengertian wacana yang termasuk kedalam tindak tutur menurut Abdul chaer (2004) merupakan gejala individual , bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur dalam situasi tertentu. Jadi secara garis besar wacana merupakan proses dimana seseorang menyampaikan ujaran untuk dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak terlepas dari sistem dan kaidah bahasa yang berlaku, untuk mengkaji dan memahami wacana maka digunakan analisis wacana atau discourse analisis.
Analisis wacana termasuk kedalam disiplin ilmu, sejak dasawarsa 1960-an.  Seirimg dengan berkembangnya ilmu etnografi analisi wacana mulai ikut berkembang pesat, tidak lagi mencakup bentuk sapaan, mitos, dan interaksi tapi mrncakup ke bentuk percakapan dan interaksi verbal lainnya begitu yang diungkapkan Bambang (1995). Percakapan menjadi satu model wacana yang paling dekat dengan keseharian kita sehingga lebih mudah kita temui. Percakapan dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih, percakapan juga bisa disebut sebagai proses komunikasi. Proses komunikasi bisa terjadi dimana saja dengan wacana yang berbeda atau sesuai dengan kondisi yang ada. Interaksi pedagogis adalah wacana yang dapat kita temui di sekitar dunia pendidikan khususnya di ruang kelas yang merupakan tempat paling sering terjadi percakapan atau  interaksi antara pengajar dan pembelajar. Dalam wacana pedagogis banyak hal menarik yang dapat dikaji  dalam usaha memperbaiki kondisi dalam proses pembelajaran tersebut.
Percakapan terjadi dalam interaksi antara pengajar dan pembelajar dapat diamati secara kasat mata dan dikaji secara mendalam. Pada makalah ini  akan di gambarkan bagaimana proses interaksi atau percakapan tersebut terjadi dan mencoba memberikan pencerahan pada kedua belah pihak agar proses interaksi dapat dilakukan sesuai porsinya. Biasanya pengajar berusaha mengamati apakah pembelajar mengikuti apa yang dikatakanya.  Penelitian berikut bertujuan mendeskripsikan interaksi yang terjadi berdasarkan langkah langkah yang di lakukan dalam penelitian wacana oleh Stubbs (1984) yang terdiri dari:
·        Menarik perhatian pembelajar maksudnya, pengajar selalu berusaha menarik perhatian pembelajar.
·        Memantau jumlah perkataan dimana pengajar sering memantau apakah pembelajar berbicara atau tidak upaya memantau ini dapat dilakukan dalam bentuk perintah atau permintaan.
·        Memeriksa pemahaman, pengajar kadang-kadang memeriksa apakh dia dapat memahami para pembelajar.
·        Meringkas ialah dimana pengajar sering pula mringkas sesuatu yang dikatakan atu meringkas situasi yang dicapai dalam diskusi atau pelajaran.
·        Mendefinisikan adalah bagaimana si pengajar dapat mendefenisikan atau memberi penjelasan teentang sesuatu yang telah dikatakan.
·        Menyunting, pengajar juga terkadang memberi komentar tentang apa yang dikatakan oleh pembelajar yang menunjukan penilaian atau kritik.
·        Membenarkan, pengajar juga berusaha membenarkan apa yang dikatakan atau ditulis oleh pembelajar.
·        Menspesifikasikan topik, bagaimana si pengajar juga dapat memfokuskan pada sebuah topik pembahasan atau menentukan batas-batas yang relevan.

METODE
Metode yang digunakan adalah metode analisis wacana dengan menerapkan pembagian jenis percakapan menurut Stuub (1984) dimana diambil kata-kata yang diucapkan pengajar selama dua kali pertemuan di kelas pendidikan bahasa PPS UNJ pada mata kuliah filsafat . Dimana pembelajaran yang dilakukan ialah sistem diskusi dan tanya jawab, kegiatan ini secara keseluruha berpusat pada pengajar di tahap penyimpulan.

HASIL PENELITIAN
Dari identifikasi selama dua kali pertemuan, terlihat bahwa proses interaksi yang terjadi sudah sesuai dengan wacana pedagogis. Terdapat 19 ungkapan yang dinilai sesuai atau termasuk kedalam pembagian jenis yang digunakan Stubb. Kalimat tersebut terdiri dari;  4kalimat termasuk menarik perhatian, 2 kalimat sebagai maksud memantau jumlah, 3 kalimat bertujuan memeriksa pemahaman, 2 kalimat bertujuan meringkas, 3 kalimat untuk mendefinisikan, 2 kalimat menyunting, 1 kalimat bermaksud membenarkan, dan 2 kalimat menspesifikasikan. Maka dapat kita lihat bahwa secar keseluruhan ujaran pengajar memiliki fungsi metakomunikatif yakni memantau saluran komunikasi, menjelaskan dan merumuskan kembali bahasa yang digunakan. Disamping itu kita juga dapat melihat bahwa ujaran yang di lakukan pengajar menunjukan ujaran pengajar atau teacher talk. Ujaran semacam itu tidak akan pernah digunakan oleh pembelajar kecuali terjadi pada situa si pengajaran.

SIMPULAN
Pada percakapan kelas ujaran antara pembelajar dan pengajar memiliki kekhasannya masing-sing ujaran yang menggurui atau terposisikan pada si pengajar tidak akan digunakan oleg pembelajar. Ucaran yang di ucapkan pengajar cenderung samar dari makna atau maksud yang sebenarnya .